kumpulan  tulisan

RAHASIA SUKSES GI JOE
Film Snake Eyes : Gi Joe Origins, yang yang baru dirilis di cinema pada Juli 2021 lalu  cukup menarik perhatian  publik Indonesia, karena dalam film ini, Iko Uwais,  aktor laga asal Indonesia, tampil sebagai Hard Master, salah satu tokoh penting dalam film tersebut. Film Snake Eyes : GI Joe Origins, ini  adalah  film yang menceritakan tentang karakter "Snake Eyes" yang merupakan salah satu karakter (utama) dari banyak tokoh karakter mainan "action figures" GI Joe yang menjadi idola anak anak Amerika Serikat dan berbagai anak di belahan dunia lainnya, termasuk saya sendiri. Film ini , bukanlah film layar lebar pertama yang mengisahkan tentang karakter GI Joe, sebelumnya telah ada 2 film layar lebar yang bertemakan GI Joe yaitu : GI Joe : The Rise Of Cobra (2009) dan GI Joe The Retaliation (2013).
Sebagai brand mainan, GI Joe sangat menarik untuk diulas,  karena memiliki sejarah panjang dalam industry mainan dunia. Umurnya hampir setua Barbie.  Suksesnya Barbie yang diproduksi oleh Mattel, sebagai boneka anak perempuan  sejak kemunculannya di akhir era 50an, menginspirasi Stan Weston untuk berkreasi menciptakan ide kreatif berupa mainan  berupa "boneka", namun dengan figur tentara berukuran 12 inch, yang ditujukan  bagi anak laki laki. Pada tahun 1963, Ide Weston ini, dipresentasikan pada Don Levine, petinggi Hasbro. Levine pun menyambut baik ide ini, bahkan ia membayar 100 ribu USD untuk ide brilyan Weston.
Pada pada tahun 1964 diluncurkanlah 4 karakter  "GI Joe" - The Americas Fighting Man yang mewakili AD, AU, Marinir dan AL di pasar Amerika Serikat. Hanya dalam wktu 2 tahun, GI Joe berhasil berkontribusi sebesar 66% dari total mainan yang diproduksi oleh Hasbro. Nama GI Joe sendiri  terinspirasi oleh sebuah film yang berjudul the story of GI Joe, yang menceritakan tentang laporan pandangan mata seorang koresponden perang pemenang Pulitzer, Ernie Pyle saat bertugas Bersama tentara AD AS di Eropa.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesuksesan GI Joe saat peluncurannya, antara lain : Jeli dalam memilih Segmentasi pasar, yaitu memilih pasar anak laki laki, sekaligus mengisi celah tidak adanya mainan berupa boneka bagi anak laki laki. Meskipin GI Joe itu berupa boneka, namun produk ini tidak diposisikan sebagai boneka. Kenapa ? Karena anak laki laki  tidak bermain boneka, maka Positioning GI Joe sebagai action figure, tepatnya sebagai military action figure. GI Joe muncul di Era yang tepat, era pertengahan tahun 60an sarat dengan perang dingin, munculnya figurine dengan seragam militer tentu sangat diminati  oleh anak anak. Jadi momentum ini turut mendorong keberhasilan di pasar GI Joe bukanlah mainan figure  boneka tentara biasa yang kaku dan tidak bisa digerakkan.
Gi Joe memiliki inovasi tingkat tinggi. Selain terbuat dari plastik yang aman bagi anak anak, bagian tubuh tertentu figurin GI Joe dapat digerakkan   layaknya manusia. Kepala dapat diputar kesamping , keatas dan kebawah. Lengan, pergelangan tangan, paha dan tumit serta pergelangan kaki juga dapat digerakkan. Lebih kurang ada 19 titik artikulasi pergerakan. Luar biasa bukan ?Inovasi ini langsung dipatentkan. Terus melakukan New Product Development, untuk mencegah kebosanan customernya dengan meluncurkan karakter baru, seperti korps perawat, astronaut maupun tentara dari negara lain seperti Uni Sovyet, Jepang, Canada dsb. Selain itu juga dijual perangkat aksesoris perlengkapan militer seperti Pakaian Dinas Upacara (PDU), Pakaian Dinas Lapangan, tenda, perahu, senjata dsb. Hal ini tentunya akan membuat seorang anak terus melakukan pembelian, sehingga menjadi kolektor yang loyal.
Dalam perkembangan selanjutnya, HASBRO sebagai produsen GI Joe juga sangat peka melihat situasi sosial kemasyarakatan. Ketika masyarakat banyak menentang soal keterlibatan AS dalam perang Vietnam dan menolak hal hal yang berbau militer, maka karakter baru GI Joe yang diluncurkanpun tidak lagi berkaitan dengan kemiliteran, tetapi lebih pada tema petualangan/ adventure dan superhero yang berperang melawan makhluk angkasa luar.
Kenaikan harga minyak dunia yang melambung tinggi, otomatis berpengaruh terhadap biaya produksi figurinnya yang berbahan dasar plastik, mendorong Tim Hasbro untuk melakukan Research & Development dan meluncurkan "small figurine" berukuiran 3 inchi, sekaligus memperkenalkan tema baru : The Real American Hero, yang membawa GI Joe berhadapan dengan Cobra sang penebar teror. Tema baru ini memungkinkan untuk memunculkan karakter tanpa batas. Menariknya setiap figurine memiliki karakter khas yang unik dan spesialisasi tersendiri.
Pada kemasannya juga terdapat semacam collector card yang secara singkat menceritakan tentang karakter tersebut. Dengan kata lain hal ini memungkinkan dilakukannya suatu storytelling yang menarik terhadap setiap figurine dan tentunya akan dapat diciptakan berbagai ide cerita yang menarik bagi setiap karakternya. Adanya komik GI Joe yang diterbitkan sejak tahun 1967, selain dapat digunakan sebagai sarana untuk loyalitas, juga secara tidak langsung juga  dimanfaatkan sebagai media promosi bagi karakter karakter GI Joe. Bahkan dalam suatu riset disebutkan bahwa anak anak yang membaca komik GI Joe setidak-tidaknya memiliki 1- 2 karakter GI Joe di rumahnya.
Penggemar loyal Gi Joe tersebar di berbagai belahan dunia.  Di Indonesia sendiri terdapat IGS yaitu Indonesia Gi Joe Society yaitu komunitas kolektor GI Joe.Meskipun telah berusia  57 tahun, selain tetap eksis di mainan figurine, komik, movie (film layar lebar) dan serial animasi TV, brand ini juga memiliki Games/Apps. Mau bisnis anda tetap eksis hingga puluhan tahun? Coba jalani prinsip prinsip pemasaran yang telah dilakukan GI Joe. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi pebisnis  Indonesia agar dapat eksis hingga puluhan tahun. 
7 UP DAN FIDO DIDO
Bagi para remaja yang hidup di akhir era 80an, pasti mengenal sosok Fido Dido, bahkan mungkin banyak diantara mereka yang mengidolakan Fido Dido. Sosok kartun sketch hitam putih ini dikenal sebagai karakter yang periang, cuek , positif dan  mampu mengatasi segala sesuatunya dengan santai. Saat itu karakter Fido Dido banyak menghiasi barang barang yang erat dengan kehidupan remaja seperti tempat pensil, buku notes, tas, topi maupun T shirt. Sosok Fido Dido merupakan karya kreatif Susan Rose, seorang graphic design yang bekerja di sebuah perusahaan periklanan di AS. Sosok Fido Dido ini diciptakannya saat ia berada di sebuah Cafe di New York. Rose menggambar Fido Dido pada sebuah kertas Tissue. Namun popularitas Fido Dido ini tidak terlepas dari peran kawan Rose,  Joanna Ferrone yang secara agreasif memasarkan karakter Fido Dido pada T shirt dan berbagai merchandise lainnya pada berbagai toko underground dan juga department store ternama.
Sosok Fido Dido ini kemudian digunakan oleh Pepsico untuk komunikasi pemasaran Brand 7Up pada tahun 1988. 7 UP adalah minuman berkarbonasi rasa jeruk limau (Lemon Lime) yang dimiliki oleh Dr. Pepper, namun untuk pemasaran di luar AS ditangani oleh Pepsico, salah satu raksasa minuman berkarbonasi dunia. Di tahun 2005, Pepsico kembali menggunakan karakter ini untuk kampanye komunikasi pemasaran 7Up di berbagai negara di luar AS, seperti Saudi Arabia, Mesir, Negara Negara Teluk, Rusia, Inggris, Irlandia, Portugal, Belanda, Spanyol, India, Pakistan, Malaysia, Vietnam dan Indonesia. Brand 7UP dapat dibilang populer di era 70-80an di Indonesia, namun sejalan dengan putusnya kemitraan Pepsi Cola International/PCI (nama lawas Pepsico) dengan mitra distribusinya di Indonesia menyebabkan produk ini hilang dari pasaran. Brand ini kembali hadir di Indonesia di era  90an, pada waktu itu PCI melalui Seven Up Nederland NV bermitra dengan Kelompok Salim mendirikan sebuah Perusahaan patungan (Joint Venture) bernama PT. Pepsi Cola Indobeverages dan memiliki fasilitas produksi di Purwakarta dan Semarang.
Hadirnya kembali 7UP di pasar Indonesia pada saat itu sepertinya sulit untuk mengimbangi Brand Sprite dari Coca Cola International yang terlihat sangat agresif dalam berinvestasi di marketing. Pasar minuman berkarbonasi rasa lemon lime memberikan kontribusi yang besar terhadap total minuman berkarbonasi secra keseluruhan yang terdiri dari minuman berkarbonasi rasa kola, minuman berkarbonasi rasa lemon lime dan minuman berkabonasi rasa buah lainnya Pepsico menganggap karakter Fido Dido mirip dengan karakter "target user" atau para konsumen 7 UP yang memang berusia remaja. Adapun karakter Fido Dido ini memiliki sifat sifat antara lain : Ramah, Cerdas, Jernih dalam berpikir, Seseorang yang kamu sukai, Tidak Menyukai konfrontasi, Rasa ingin tahu yang besar, Tidak terduga, Menyukai 7UP, Salah satu dari kita!
Indonesia sempat mengusung kemasan PET dan kaleng dengan design fido dido yang yang dijual di pasar modern. Namun karena keterbatasan anggaran pemasaran 7Up di Indonesia maka "campaign" 7UP Fido Dido tidak dapat dijalankan secara 360 derajat seperti yang dilaksanakan oleh negara negara lain, yang menggabungkan antara ATL dan BTL seperti instore promo, sales promotion dan activation secara masif. Alhasil kampanye pemasaran ini dapat dikatakan tidak membawa hasil yang signifikan bagi pertumbuhan brand ini, baik dari segi brand awareness dan brand share. Kegagalan produk 7Up di Indonesia tidak semata mata karena anggaran pemasarannya yang terbatas sehingga tidak mampu mengimbangi kompetitornya, namun juga karena keterbatasan brand present atau distribusinya. Distribusi 7 Up sangat terbatas, tidak semua kota dimasukinya. Padahal prasyarat suatu produk minuman adalah ketersediaan produk di berbagai point of thirst.
Sejalan dengan waktu, brand 7Up semakin redup di bumi nusantara dan hanya dapat ditemukan di gerai modern tertentu. Hingga pada akhirnya pada tahun 2019, Pepsico secara resmi mengumumkan akan menghentikan kegiatan operasionalnya di Indonesia sejalan berakhirnya Exclusive Bottling Agreement (EBA) dengan Indofood (AIBM) pada tahun 2019. Dengan tidak diperpanjangnya EBA ini, maka berakhirlah kisah tentang 7UP, minuman rasa lemon lime dari PepsiCo di Indonesia. Good bye 7 UP!
MEREK DAN MANFAATNYA BAGI PEMASARAN

Dalam kehidupan sehari hari kita saat ini, hampir selalu kita dikelilingi oleh berbagai merek (brand). Lihat saja, kita tidur diatas kasur bermerk. Saat kita bangun dan mandi pagi, kita gunakan sabun bermerk Lux ataupun Nuvo. Menggosok gigi dengan pasta gigi Pepsodent atau Enzim. Keramas dengan Shampoo Sunsilk atau Pantene. Baju yang kita kenakan juga memiliki merek Batik Keris atau Zara. Saat sarapan kita menikmati secangkir teh Sari Wangi atau kopi Nescafe, sambil makan roti Sari Roti atau roti produksi rumahan bermerek Sally roti. Saat berpergian kita gunakan kendaraan entah motor Suzuki ataupun mobil Toyota Innova. Diperjalananpun kita juga melihat papan iklan dengen berbagai merek. Saat haus dijalan, tak lupa kita beli minuman Teh Botol ataupun merasakan segarnya Minutes Maid

Mengapa hal ini dapat terjadi ? Karena saat ini hampir semua barang yang diproduksi oleh suatu produsen pasti memiliki merek. Bahkan barang barang komoditaspun seperti gula, beras, dan garam-pun, saat ini juga telah diberi merek. 

Apakah merek (brand) itu ? Menurut, Philip Kottler,seorang pakar ilmu pemasaran modern, Merek (brand) adalah sebuah nama, istilah , lambang, atau rancangan (atau kombinasi dari semuanya)yang dimaksudkan untuk menyatakan barang atau jasa dari suatu penjual dan untuk membedakan dari para pesaingnya. Biasanya merek yang kiota kenal berupa suatu logo beserta perangkat perangkatnya (yang berupa tulisan, warna, bentuk dsb)

Dalam pemasaran, merek memiliki kedudukan yang sangat penting. Dengan merek konsumen dapat membedakan antara suatu produk dengan produk lainnya. Biasanya konsumen akan membeli sesuatu yang telah mereka kenal sebelumnya. Merek yang terkenal akan cenderung untuk dipilih oleh konsumen, karena mereka merasa aman dengan sesuatu yang mereka kenal. Melalui merek, konsumen dapat dengan mudah dapat membedakan kesan kualitas antara suatu produk dengan produk lainnya. Selain itu, Merek yang kuat akan memberikan rasa percaya diri bagi konsumen dalam mengambil keputusan saat melakukan pembelian.


Sesungguhnya perang pemasaran merupakan perang antar merek ! Pengusaha menyadari bahwa merek merupakan aset perusahaan yang sangat bernilai. Bahkan mereka juga semakin sadar bahwa salah satu cara untuk menguasai pasar adalah dengan memiliki merek yang dominan di pasar.

Stephen King, seorang praktisi pemasaran dari Inggris menyatakan bahwa produk adalah sesuatu yang dibuat di pabrik, sedangkan merek adalah sesuatu yang dibeli konsumen. Produk bisa ditiru kompetitor sedangkan merek itu unik. Produk bisa dengan cepat ketinggalan zaman, sedangkan merek yang berhasil tak terhingga masanya.


Kutipan diatas nampaknya benar sekali. Coba kita lihat umur Coca Cola sudah lebih dari 100 tahun sejak pertama kali diluncurkan ke pasar. Sabun Ivory diluncurkan ke pasar tahun 1881. Di Indonesia sendiri banyak produk yang umurnya sudah lebih dari seperempat abad, misalnya Teh Botol Sosro, SuperMi, Sido Muncul, dsb. Mereka tetap eksis, meskipun banyak pemain lain yang memasuki kategori produk yang sama.


Di Indonesia sendiri banyak juga merek yang mati atau redup dari pasaran. misalnya saja Green Spot dan 7UP yang di era 70an sangat populer sebagai minuman ringan, sekarang akan sangat sulit untuk ditemukan. Contoh lainnya adalah Salam Mie ataupun Mie Selera Rakyat di kategori mi instant.


Nah agar merek dapat bertahan dan dapat beradaptasi dengan perubahan, merek harus dirawat dan memerlukan komitmen dari manajemen puncak. Membangun merek (brand building) bukanlah pekerjaan mudah dan tentunya juga memerlukan sumber daya memadai (baik berupa tim yang mengelola, strategi maupun anggaran promosi). Membangun dan memelihara brand juga memerlukan kesiapan untuk berpikiran jangka panjang dan mengesampingkan tujuan jangaka pendek. Karena ada kalanya aktifitas yang mengejar profit jangka pendek semata secara tidak langsung dapat menghancurkan strategi jangka panjang merek yang bersangkutan.


Untuk itu, jagalah merek anda. Rencanakan merek anda (brand plan) dengan sebaik baiknya, agar merek anda dapat menjadi pundi pundi uang anda secara berkesinambungan.

Kiat bagaimana membuat merek dan bagaimana membangun merek akan disampaikan dalam tulisan kolom berikutnya.

MUSASHI DAN PERANG PEMASARAN

Secara tidak sengaja saya menemukan bebrapa buku lawas yang dulu kerap menemani saya disaat senggang, salah satunya adalah buku yang menceritakan mengenai kisah hidup seorang samurai handal yang bernama Miyamoto Musashi yang hidup di tahun 1600-an.Musashi yang dikenal sebagai "the lone samurai" ini merupakan seorang otodidak yang mampu secara cepat menyerap ilmu perpedangan hingga akhirnya mampu menjadikannya seorang samurai sejati.

Ada beberapa prinsip yang diajarkan oleh Musashi ini yang cukup relevan dengan dunia pemasaran atau bisnis yang menurut beberapa penulis memang memiliki kesamaan dengan dunia perang.

Prinsip tersebut adalah :


1. Prinsip Pengenalan diri sendiri dan lawan. Prinsip ini mengajarkan kita untuk benar benar memahami mengenai keunggulan dan kelemahan diri kita dan lawan kita. Prinsip ini juga sama dengan prinsip yang diajarkan oleh Sun Tzu, seorang ahli strategi perang yang hidup di jaman Cina Klasik yang menyatakan bahwa pengenalan terhadap diri sendiri, lawan dan medan tempat terjadinya pertempuran merupakan awal dari kemenangan perang.Dalam berbisnis, kita mengenal adanya analisa SWOT yang mengharuskan kita bisa mengenalikekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadp diri kita baik oleh lawan ataupun lingkungan. Kitapun juga dituntut untuk melakukan competitive analysis yang mencoba untukmengupas tuntas strategi lawan, mulai dari produk, harga jual mereka, hingga strategi promosi yang mereka lakukan. Dan yang terpentingkita juga wajib mengenali secara rinci pelanggan kita. Nah Sudahkan anda menjalankan prinsip ini ?


2. Prinsip Penguasaan Terhadap Fakta. Prinsip ini sebenarnya berkaitan erat dengan kemampuan kita dalam menganalisa situasi untuk mengambil keputusan. Fakta setidaknya akan menghindarkan kita dari kesalahan mengambil keputusan berdasarkan perkiraan atau asumsi semata.Dalam dunia usaha dikenal apa yang disebut Market research. Nah melalui market research ini kita dapat menggali fakta fakta yang ada dilapangan sebagai bahan kita dalam membuat strategi bisnis. Data yang akurat akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap pasar. Pemahaman terhadap data demografis dan psikografis konsumen akan memberikan masukan yang positif bagi pemasar dalam perancangan strategi komunikasinya.


3.Prinsip Kemampuan Mengendalikan Pikiran Lawan. Prinsip ini pada dasarnya mengajarkan kita untuk tetap inovatif. Melakukan suatu hal yang tidak terduga, sehingga apa yang kita lakukan tidak dapat dengan mudah ditebak oleh lawan. Musashi mengajarkan kita untuk pandai dalam memprovokasi pikiran lawan, melakuan pengecohan hingga pembuyarkan konsentrasi lawan dan sebagainya.Program Diskon atau Program promosi berhadiah sebenarnya merupakan strategi untuk membuyarkan kesadaran konsumen. Tulisan diskon atau sale yang mencolok akan menyebabkan rasionalitas konsumen menjadi menurun dan tergesa gesa untuk segera membeli barang yang didiskon. Dalam iklan, kita sering melihat adanya artis yang memberikan testimoni terhadap suatu brand, hal ini sebenarnya juga merupakan strategi yang membuyarkan pikiran konsumen. Sadarkah anda bahwa selama ini pikiran anda telah dibuyarkan oleh prinsip yang diajarkan oleh Sang Samurai ?


4.Pentingnya Timing. Timing atau yang dikenal juga dengan momentum ini memiliki daya dorong yang cukup besar untuk keberhasilan suatu pertempuran. Prinsip Timing ini dapat dicontohkan dengan maraknya iklan yang dipasang para retailer barang elektronik ataupun hypermarket pada hari Jumat atau Sabtu di Harian Kompas misalnya. Timing ini cukup tepat karena biasanya konsumen akan membelanjakan uang mereka pada week end dengan mengunjungi pusat pusat perbelanjaan.


5. Prinsip Berlatih dan terus berlatih. Untuk menjadi seorang expert diperlukan jam terbang.Demikian juga dalam bisnis. Jatuh bangun sudah merupakan hal yang biasa Namun yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi kejatuhan tersebut. Kalau tidak salah, pada tahun 1990an pernah dilakukan suatu penelitian di Jerman Barat yang menemukan bahwa untuk menjadi seorang expert di bidangnya diperlukan latihan selama 10 ribu jam.


Jangan dikira brand brand market leader berdiam diri saat mereka telah menjadi pemenang, mereka terus mencari marketing tool terbaru dan mencobanya dalam marketing campaign mereka. Lihatlah Coca Cola yang terus inovatif dalam kampanye pemasarannya yang membuat kita berdecak kagum, seolah mereka tidak pernah kehabisan ide, Demikian juga dengan brand brand unilever yang terus melakukan inovasi terhdap produk produknya. DI Indonesia dulu hanya ada 1 varian Pepsodent, kini mereka memiliki belasan varian dan bahkan juga telah masuk ke area pasta gigi untuk pemilik gigi sensitive. Nah semoga pemaparan singkat ini dapat memberikan inspirasi untuk terus berkreasi dengan menjalankan ke lima prinsip sukses Musashi, sehingga bisnis anda akan semakin bertambah maju.

PERANAN SAMPLING DALAM PEMASARAN

Dalam dunia pemasaran, kegiatan sampling merupakan salah satu aktivitas yang lazim dijalankan. Saat ini hampir sebagian besar produsen melakukan sampling kepada konsumen saat mereka melakukan peluncuran produk barunya.Apakah kegiatan sampling itu ? Sampling adalah suatu aktivitas untuk membagi bagikan sample (contoh produk) kepada konsumen, dengan tujuan agar konsumen dapat “mencoba” produk baru tersebut secara langsung. Dengan mencoba produk baru tersebut, bilamana konsumen yang bersangkutan cocok,maka ada kemungkinan untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut.

Kegiatan sampling diharapkan akan dapat mengalihkan produk/merek yang biasa gunakan sebelumnya ke produk yang memberikan sample itu.Biasanya sampling diadakan untuk mendukung launching produk yang baru masuk pasar dan sedang giat giatnya melakukan komunikasi pemasaran. Dengan sampling konsumen bukan hanya mengetahui (aware) adanya produk baru tetapi juga dapat merasakan (experiencing) produk baru tersebut. Saat ini orang yang mendapatkan sample product bahkan juga diharapkan untuk share melalui social media yang dimilikinya.Aktivitas sampling sepertinya sudah sangat melekat dengan produk produk Fast Moving Consumer Goods baik itu makanan, minuman ataupun rokok. Biasanya pihak produsen akan bekerjasama dengan pihak Event Organizer untuk melakukan sampling konsumen di lokasi lokasi yang strategis yang disesuaikan dengan target market produk tersebut.Beberapa contoh dapat dikemukakan, misal produk yang ditujukan untuk anak sekolah seperti biskuit, permen dan minuman biasanya melakukan sampling di sekolah sekolah. Sedangkan produk untuk para pekerja biasanya dilakukan di gedung perkantoran. Namun tak jarang juga sampling dilakukan di lokasi lokasi umum seperti terminal, stadion, pusat perbelanjaan dan sebagainya. Beberapa waktu lalu bahkan ada produsen minuman serbuk yang menyisipkann produk samplenya via majalah.

Produk sample yang dibagikan juga sangat beragam, ada produsen yang sengaja memproduksi kemasan khusus sample. Ada juga yang memang hanya memberikan porsi kecil kepada konsumennya dalam satuan curah. Namun disisi lain ada produsen juga yang memberikan dalam kemasan aslinya.Dalam industri otomotif, sebenarnya prinsip sampling juga telah diterapkan sejak lama, yaitu melalui mekanisme test drive. Dengan adanya test drive, calon pembeli kendaraan bermotor, bukan hanya dapat melihat, tetapi juga dapat mencoba mengemudikan kendaraan tersebut. Bahkan ada beberapa ATPM yang menawarkan kepada prospeknya untuk melakukan test drive bukan hanya di arena test drive tetapi hingga menyusuri jalan raya.

Kegiatan sampling juga dapat diterapkan dalam berbagai bidang usaha lain. Misal dalam usaha tempat makan, biasanya pihak pengelola akan membagi bagikan kupon voucher kepada pelanggan barunya. Sehingga dengan voucher tersebut pelanggan akan mau untuk mencoba tempat makan, merasakan suasana dan pelayanan dengan potongan harga tertentu. Hal serupa juga dilakukan pada bisnis pendidikan seperti kursus bahasa dan sejenisnya, biasanya mereka memberikan kupon untuk free trial selama 2x pertemuan, sehingga calon siswa dapat merasakan suasana pembelajaran di tempat itu. Dengan semakin ketatnya persaingan usaha saat ini, menyebabkan sampling dipandang sebagai suatu aktifitas yang mesti dijalankan apabila produk baru ingin dikenal masyarakat. Meskipun anggaran yang dikeluarkan untuk kegiatan ini cukup besar tetapi pihak dunia usaha tetap rela melakukannya.Nah Sudahkan anda melakukan sampling untuk mengembangkan bisnis anda?

APA CORE VALUE BISNIS ANDA?

Core Value atau Nilai Nilai utama yang dimiliki seseorang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Core Value ini dapat diibaratkan sebagai bintang penuntun atau juga kompas penunjuk jalan yang mengarahkan setiap langkah kaki kita dalam mengarungi samudera kehidupan.

Perusahaan sebenarnya juga dapat diumpamakan sebagai seorang manusia, Ia juga memiliki Core Value atau Nilai Nilai Utama yang menjadi pegangan para pemimpin perusahaan dalam mengambil keputusan. Biasanya Corporate (Core) Values ini merupakan cerminan nilai nilai yang dianut oleh para founders perusahaan itu. Sejalan dengan waktu dan perkembangan perusahaan, maka nilai nilai ini dikomunikasikan kepada kepada para karyawan dan generasi berikutnya melalui program internalisasi nilai.  Hal ini sangat penting seperti yang diungkapkan oleh Terrence E. Deal / Allan A. Kennedy dalam bukunya masyhur, Corporate Culture, jika karyawan tahu untuk apa perusahaan itu didirikan, maka mereka jauh lebih memungkinkan untuk membuat keputusan yang akan mendukung standar tersebut. Hal ini seperti diungkapkan oleh Robert Haas (CEO Levis Strauss) bahwa nilai nilai/values adalah dasar dari budaya perusahaan. Sebagai inti dari filosofi perusahaan untuk mencapai kesuksesan, nilai-nilai memberikan arah bagi semua karyawan dan sebagai pedoman untuk perilaku sehari-hari mereka.

Core Value ini akan menjadi penuntun bagi pemimpin perusahaan dalam mengambil  keputusan, apakah keputusan ini sejalan dengan core value atau malah bertentangan. Ron E Disney Co Founder Walt Disney Company pernah menyatakan Its Not Hard To Make Decision Once You Know What Your Values Are. Jadi memahami Values secara sungguh sungguh akan memudahkan perusahaan dalam mengambil berbagai langkah strategis. Setiap keputusan akan ditempuh akan difilter dengan nilai-nilai perusahaan.

Dalam tulisan ini, saya akan mengupas studi kasus dari sebuah brand minuman di AS. Brand ini mempercayai bahwa dengan berbuat baik maka hal yang baik juga akan kembali padamu. Demikian pula sebaliknya. Mereka mempercayai adanya Karma.  Karma inilah yang menjadi core value, yang menjadi landasan sebuah Brand  bernama  KARMA yang diproduksi oleh : Karma Culture LLC, sebuah perusahaan minuman di AS.  Brand Karma dikenal sebagai brand yang menawarkan berbagai benefit bagi para konsumennya. Mulai dari bahan baku alami, asupan nutrisi hingga kemasan khusus yang menjamin kualitas produknya.Yuk kita simak apa saja benefitnya itu. Karma Karma Wellness Water yang terdiri dari 5 varian ini, yaitu: Elderberry Starfruit, Cranberry Lime, Orange Mango, Passionfruit Green tea dan Pineapple coconut ini menjanjikan 6x the active ingredients dibandingkan dengan minuman premix vitamin waters lainnya.  Karma Wellness merupakan minuman yang mengandung antioxidants dan superfruits yang diperoleh dari berbagai belahan dunia, seperti : ekstrak akar Ashwagandha (Withania somnifera), Panax ginseng, ekstrak daun Yerba Mate (Ilex paraguariensis), ekstrak Spirulina (Arthrospira platensis), ekstrak Anggur, ekstrak Acai, ekstrak Pomegranate dan lain lain yang kaya kan manfaat untuk menjaga stamina  tubuh. 

Karma wellness Water juga melakukan klaim bahwa produknya bebas Gluten dan bebas Lactose serta Non GMO (GMO adalah kepanjangan dari Geneticaly Modified Organism yaitu organisme yang telah direkayasa secara genetika). Jadi produk Karma merupakan produk natural tanpa rekayasa genetik, yang konon lebih aman dan sehat bagi tubuh dan juga aman bagi para vegetarian atau Vegan.  Selain itu Karma wellness water juga mengandung berbagai Vitamin seperti Vitamin A, B Kompleks, D dan E yang mencapai 110% dan memberikan 20 Kalori. Satu lagi yang menjadi yang menjadi daya tarik produk ini adalah jaminan bahwa tutup botol Karma yang dipatenkan itu mampu melindungi kandungan bahan aktifnya sehingga mampu memberikan manfaat yang lebih optimal sebelum produk dikonsumsi.  Untuk produk anak anak, mereka juga menawarkan produk tanpa pengawet, pewarna dan pemanis buatan. Dalam studi kasus ini jelas terlihat bahwa brand KARMA yang memiliki  Nilai Utama (Core Value): "if you do something positive---for others, or for yourself---you'll get something positive back in return",  mendorong mereka untuk inovasi dan memunculkan produk yang sehat, aman dan memberikan berbagai manfaat positif bagi konsumennya. Nah sudahkah anda memiliki core value perusahaan anda  serta  mengimplemantasikannya  dalam strategi produk atau bisnis anda ?